Rabu, 30 November 2011

Melodi Pecinta Alam


Pendaki gunung, sahabat alam sejati
Jaketmu penuh lambang, lambang kegagahan
memploklamirkan dirimu pecinta alam
sementara maknanya belum kau miliki
Ketika aku daki dari gunung ke gunung
Disana ku temui kejanggalan makna
Banyak pepohonan merintih kepedihan
Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam
Batu batu cadas merintih kesakitan
ditikam belatimu yang bermata ayal
hanya untuk mengumumkan pada khalayak
bahwa disana ada kibar bendera mu
Oh alam, korban keangkuhan
Maafkan mereka yang tak mengerti arti kehidupan
#Rita Rubi Hartland - Pecinta Alam

Lirik lagu di atas sepertinya mewakili paradigma masyarakat terhadap pecinta alam saat ini. Beberapa orang atau komunitas yang memiliki jiwa petualang dan menyukai banyak tantangan melabeli dirinya dengan istilah pecinta alam. Kegiatan mendaki gunung, memanjat tebing yang tinggi, menyusuri goa yang dalam, mengarungi derasnya sungai dan lain sebagainya seringkali diidentifikasikan sebagai kegiatan pecinta alam. Namun tak jarang dari mereka yang mengaku pecinta alam belum dapat mengaplikasikan makna pecinta alam dengan benar. Sehingga image pecinta alam di masyarakat hanya sebagai komunitas yang sering berpetualang, bebas, urakan, suka menantang bahaya dan ironisnya ada yang merusak alam.
Wajar saja pemikiran seperti itu dapat tumbuh di masyarakat. Mengapa? Ini lebih karena tidak semua pecinta alam berkegiatan di alam secara baik. Contoh nyata yang sering ditemui adalah vandalisme di gunung dan meninggalkan sampah mereka saat mendaki. Walaupun sebenarnya belum tentu juga para pecinta alam yang melakukannya. Orang-orang seperti itu ini lebih tepat disebut sebagai penikmat alam. Melakukan kegiatan alam demi kesenangan pribadi untuk membuktikan bahwa mereka adalah seorang penakluk puncak-puncak dunia. Padahal mereka belum pernah menaklukkan keangkuhan diri mereka sendiri terhadap alam, mereka tak pernah berusaha untuk menjaga alam agar nantinya anak cucu mereka dapat menikmati apa yang mereka nikmati sekarang.
Sebenarnya makna pecinta alam dalam konteks bahasa adalah seseorang yang sangat mencintai alam. Mencintai berarti melakukan banyak hal untuk sesuatu/seseorang yang dicintai agar sesuatu/seseorang yang dicintai merasa nyaman. Mencintai Alam, sama halnya dengan melakukan banyak hal untuk alam, tanpa dibarengi rasa keegoisan untuk memiliki alam secara individual, tanpa mengabaikan apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh alam. Semua harus dilakukan tanpa pamrih, pamrih untuk dimunculkan di media massa, tanpa pamrih di puji banyak pihak, tanpa pamrih untuk mendapat dukungan dana berlebih yang pada akhirnya digunakan entah kemana.
Pencitraan pada pecinta alam Indonesia sebagai sebuah organisasi yang menjadi penggagas perbaikan alam Indonesia ini dapat diubah dengan memanfaatkan kegiatan secara positif. Tiap-tiap organisasi pecinta alam saat ini memang memiliki fokus kegiatan sendiri-sendiri. sementara yang satu lebih meningkatkan skill para anggotanya di bidang air, yang lainnya lebih fokus pada panjat tebing atau penelusuran goa, ada juga yang lebih bergerak dalam lingkungan hidup. Disinilah peran organisasi, untuk menumbuhkan dan membangun sikap kesadaran menjaga lingkungan dan alam dimulai dari diri kita sendiri karena kita juga bagian dari alam.
Sebenarnya tidak sedikit kegiatan positif yang telah dilakukan oleh pecinta alam, seperti, peringatan hari bumi, menyelenggarakan seminar lingkungan, penghijauan hutan, kegiatan konservasi lingkungan, pengabdian masyarakat dan sejenisnya yang tidak hanya petualangan. Pertanyaannya apakah masyarakat tahu akan hal itu?
Publikasi merupakan langkah penting yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan bernilai pelestarian alam dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam guna membangun opini positif. Maka tak jarang ilmu jurnalistik juga diajarkan di dunia kepecintaalaman, karena setiap anggota pencinta alam yang melakukan kegiatan akan dapat melaporkan perjalanan atau kegiatan yang dilakukan dengan membuat tulisan perjalanan sehingga bisa dimuat di berbagai media, seperti media cetak dan media elektronik (televisi dan Radio).
Selain itu Ilmu fotografi dan audio visual juga sangat penting karena selain berfungis sebagai dokumentasi kegiatan, foto atau video itu bisa untuk disebarkan kepada media yang ada agar bisa diterbitkan dan bisa disiarkan. Dipastikan dengan ilmu jurnalis yang ada maka anda bisa membagi informasi kepada semua orang dan serta turut mempromosikan kegiatan anda sendiri.
Hal ini akan berdampak positif jika masyarakat bisa memahami hal itu dan mengenal lebih dekat siapa sebenarnya pecinta alam itu. Dengan begitu dengan penuh kesadaran pula pacinta alam akan melakukan hal-hal yang tepat guna bagi dirinya sendiri pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kita sadar bawasannya kita tidak hidup sendirian dalam masyarakat. Image yang kurang baik dari masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas individu tinggallah sebagai ulah individu bukan lagi di cap sebagai aktivitas komunitas pecinta alam.
Seberapa tahan kita akan melakukkannya, tinggal seberapa kuat tingkat ketahanan kita untuk mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan bukan lagi sekedar paradigma. Benar jika pecinta alam tidak mudah dikenal baik oleh masyarakat kita, tapi disitulah letak tantangannya. Pecinta alam yang punya jiwa sosial yang tinggi, suka berpetualang, menyukai tantangan dan peka serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Dengan begitu kita akan benar-benar sadar akan peran kita di masyarakat luas sebagai pecinta alam.

Surakarta, November 2011